VERTICAL
GARDEN PATRICK BLANC SOLUSI RTH JAKARTA
Tahun anggaran 2013, Pemda DKI
mengalokasikan dana untuk RTH sebesar Rp 1,05 Triliun. Dana tersebut
sebagian besarnya untuk pembebasan lahan yang memang mahal di Jakarta.
Lain halnya kalau anggaran tersebut untuk membuat Vertical Garden atau
taman vertikal, maka akan menghasilkan 33.000 Ha lahan vertical garden.
Dengan teknologi microirigasi dari Netafim dan Rainbird, maka kebutuhan
air dan pemupukan otomatis akan menjaga tanaman tetap subur.
Kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH) tidak hanya
diperuntukkan sebagai fungsi keindahan. RTH juga dapat berfungsi sebagai tempat
edukasi, ekologis dan fungsi evakuasi jika ada bencana. Sayang, DKI Jakarta
masih kekurangan sekitar 20 persen RTH.
Hal itu ditegaskan pengamat perkotaan Nirwono Joga. Dia mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengadakan taman atau RTH yang juga memiliki fungsi lainnya.
Menurutnya, terdapat delapan unsur agar RTH sesuai fungsi-fungsi tersebut. Yakni, unsur perencanaan dan desain hijau, RTH, transportasi hijau, bangunan hijau, pengairan hijau, adanya pengolahan sampah, hemat energi, dan komunitas hijau.
Konsep tersebut sudah sering ditawarkan kepada pemerintah kota, tak hanya di Jakarta, tapi di kota-kota lain di Indonesia.
“Namun rata-rata mereka tidak mau berkomitmen melakukan delapan unsur itu secara keseluruhan,” sesal Nirwono.
Dia mengungkapkan, di wilayah Jakarta saat ini keberadaan RTH baru terpenuhi 10 hingga 13 persen dari total luas wilayah Jakarta. Padahal, lanjutnya, jika sesuai Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, luas RTH harus mencapai 30 persen dari total luas kota.
“Jumlah itu jauh dari seharusnya. Tidak heran kalau kota-kota di Indonesia banyak yang banjir dan polusi udaranya meningkat,” ujar Nirwono.
Hal itu ditegaskan pengamat perkotaan Nirwono Joga. Dia mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengadakan taman atau RTH yang juga memiliki fungsi lainnya.
Menurutnya, terdapat delapan unsur agar RTH sesuai fungsi-fungsi tersebut. Yakni, unsur perencanaan dan desain hijau, RTH, transportasi hijau, bangunan hijau, pengairan hijau, adanya pengolahan sampah, hemat energi, dan komunitas hijau.
Konsep tersebut sudah sering ditawarkan kepada pemerintah kota, tak hanya di Jakarta, tapi di kota-kota lain di Indonesia.
“Namun rata-rata mereka tidak mau berkomitmen melakukan delapan unsur itu secara keseluruhan,” sesal Nirwono.
Dia mengungkapkan, di wilayah Jakarta saat ini keberadaan RTH baru terpenuhi 10 hingga 13 persen dari total luas wilayah Jakarta. Padahal, lanjutnya, jika sesuai Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, luas RTH harus mencapai 30 persen dari total luas kota.
“Jumlah itu jauh dari seharusnya. Tidak heran kalau kota-kota di Indonesia banyak yang banjir dan polusi udaranya meningkat,” ujar Nirwono.
Vertical
Garden Patrick Blanc
Pengamat perkotaan lainnya, Yayat Supriatna mengatakan, kebutuhan RTH di kota-kota besar sudah sangat mendesak. Dia mencontohkan, minimnya RTH akan menimbulkan bencana.
“Paling kecil bencananya sudah pasti banjir, karena ruang serap air sudah berkurang,” katanya.
Terlepas dari semua jenis musibah banjir, satu hal yang menjadi catatan penting untuk menjadi perhatian, menurut Yayat adalah, daya dukung lingkungan di perkotaan saat ini sudah melewati ambang batas. Hampir semua sumber daya hijau kota sudah tergerus.
Dari hasil evaluasi lima tahunan terhadap rencana kota 2010, dalam waktu hampir lima tahun (2000-2004) Jakarta sudah kehilangan sekitar 450 hektare RTH. Jika ditotal dengan bentuk pelanggaran koefisiensi dasar bangunan (KDB) di daerah resapan air, total hilangnya mencapai 4.000 hektare.
“Di wilayah hulunya Sungai Ciliwung, sejak 1972 hingga 2005 telah terjadi alih fungsi lahan. Kita kehilangan 30,3 persen areal vegetasi hutan dan kehilangan 11,9 persen areal vegetasi kebun campuran. Akibatnya, hampir 5.000 mm per tahun air hujan melimpah masuk ke sungai dan akhirnya menggenangi Jakarta dan sekitarnya,” jelas Yayat.
Ketidakmampuan Sungai Ciliwung menampung limpahan air disebabkan terjadinya banyak penyempitan lebar sungai dari 65 meter tinggal 15 hingga 20 meter. Sedangkan tingkat kedalamannya hanya berkisar 1 hingga 2 meter, dari kedalaman normal yang seharusnya mencapai 5 meter.
“Bencana banjir yang selalu mengancam ibukota membuktikan kalau pemerintah gagal mempertahankan kondisi lingkungan. Lanskap kota atau wilayah telah berubah secara merata di seluruh wilayah Jabodetabek,” urai Yayat.
Vertical garden INDONETA Jl. Abdul Muis No. 46 Jakarta
Vertical Garden Patrick
Blanc Solusi RTH Jakarta
Secara
harfiah taman vertikal adalah taman yang dibangun secara tegak lurus atau
vertikal (90o), dan pada umumnya menempel di dinding. Di dunia
internasional taman vertikal memiliki banyak sebutan, diantaranya: vertical
garden, vertical landscape, greenwall, living wall dan lain sebagainya.
Terdapat
2 jenis taman vertikal yaitu green façades dan living
walls. Green Facades merupakan dinding yang ditumbuhi dengan
tanaman yang merambat yang langsung tumbuh di dinding, sedangkan Living
Wall (Patrick Blanc) merupakan dinding yang diberi media tanam untuk
tanaman. Jenis ini biasanya terdiri dari rangka (frame), pvc foam board,
felt, sistim irigasi/penyiraman dan pemupukan otomatis, dan tanaman itu
sendiri. Sistem vertical garden Patrick Blanc ini memiliki kelebihan
antara lain bisa diterapkan pada gedung-gedung bertingkat hingga puluhan
lantai, tanpa kekhawatiran roboh karena menggunakan rangka yang menempel di
gedung seperti pemasangan kaca.
Taman
vertikal dapat membantu menyelesaikan masalah penghijauan pada area yang
memiliki lahan/bidang horizontal yang luasnya terbatas. Beberapa manfaat
Vertical Garden antara lain:
- Menambah keindahan alami lingkungan
- Menciptakan taman cantik di lahan terbatas
- Menahan panas dari luar
- Mengurangi tingkat kebisingan suara
- Mengurangi polusi udara
- Menangkap partikel-partikel kotoran
- Meningkatkan suplai oksigen
- Mempercantik wajah kota
Jadi,
vertical
garden adalah solusi membuat hutan kota tanpa menambah lahan tanah.
Menggunakan tehnologi microirigasi dari NETAFIM, Rainbird dan Toro, maka
kebutuhan air dan pupuk untuk tanaman akan terjamin secara ototmatis.
Untuk lebih jelas, bisa membaca buku Vertical Garden from nature to city
karya
Patrick Blanc. Indoneta Plan to Plant. Hubungi : 0811-900-858.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar